Ponsel (11)
Satu minggu sudah aku terus mengamati perubahan sikap suamiku. Walaupun dia bersikap biasa, bagiku tetap tidak biasa. Ada banyak hal yang tak dapat disembunyikannya dariku karena 17 tahun lebih aku mengenalnya. Sebelum menikah, tiga tahun kami berpacaran. Jadi, total kebersamaan kami telah mencapai 20 tahun.
Pagi ini, aku mencoba membuka pembicaraan dengannya. Menyindir dengan beberapa kata-kata yang sebenarnya adalah percakapan di whatsAppnya dengan perempuan itu. Tetapi, suamiku hanya tersenyum pura-pura tak paham. Aku tahu dari raut dan senyumnya, aura kaget terpancar. Mungkin dia tak pernah berpikir bahwa aku mengetahui semua yang dilakukannya. Oh, suamiku tersayang, sungguh betapa lugu dirimu sebenarnya.
"Aku nggak masak Mas. Kan sampean kasihan padaku, kan biasanya Mas yang masak dan aku mencuci baju."
"Ngomong apa sih Dik?" Katanya ketika aku tak memasak dan hanya duduk di samping mesin jahit di dapur.
"La ngomong apa? Kan aku hanya berbicara apa adanya. Kan kata sampean, hampir 70% sampean yang masak, yang belanja sayur, dan ke pasar. Aku yang nyuci baju." Jawabku santai sambil terus mengamati hp, membuka instagram. Kulirik sekilas dia terlihat blingsatan.
"Iya deeeeh..." Katanya sambil mengambil panci dan mulai mengisinya dengan beras. Memang, selama ini kami tak memasak dengan rice cooker karena suamiku tak suka nasi yang sedikit lembek. Dia lebih suka nasi yang sedikit kasar. Maklum, sejak kecil dia terbiasa makan nasi tiwul.
Lama kami saling diam. Dia pun terlihat kaku dalam memasak. Berdiri di depan kompor seperti sedang berpikir sambil tangannya sesekali mengaduk beras. Aku yang tak tahan pun akhirnya buka suara. Sejatinya, aku bukanlah wanita pendiam. Super duper cerewet. Tetapi, dalam masalah kali ini aku benar-benar dibuat tak mampu berbicara, spechless. Tak percaya saja, suamiku yang tak pernah sekalipun mendua, kini bahkan berkirim pesan dan bertelepon mesra dengan wanita lain.
"Mas, perempuan yang biasanya chat sampean itu siapa sih?" Langsung saja kutembak dengan pertanyaan.
"Perempuan yang mana?"
"La emang ada berapa perempuan yang biasanya kamu chat?" Serangku dengan sedikit ketus.
"Apa sih maksudmu Dik? Dari tadi kok ngomongnya nggak jelas begitu?"
"Sudahlah Mas. Jangan lagi ada yang sampean tutupi. Kenangan 30 tahun yang lalu, tak seharusnya diingat-ingat lagi. Sudah selayaknya ditutup. Bukan malah di-up lagi. Nggak ada gunanya. Justru membuat tidak nyaman."
Dia terdiam. Hanya tersenyum nyengir. Sungguh hatiku rasanya panas dan otakku mulai mendidih. Mengapa dia masih saja pura-pura tak paham arah pembicaraanku. Aku yakin dia sebenarnya paham, tetapi takut untuk mengakuinya. Begitulah rata-rata orang. Berani berbuat, tetapi pengecut untuk bertanggung jawab.
"Sampean tahu kan Mas, saat ini kita sedang sedikit kesulitan finansial. Sulung baru membayar berapa juta untuk ujiannya juga hal-hal lain. Jadi, janganlah menambah pikiran dengan sesuatu yang tidak semestinya sampean lakukan."
Tak tahan, aku pun berdiri beranjak meninggalkannya yang hanya mengangguk sambil menampakkan pias di wajahnya. Kubanting pintu kamar sekedar agar dia tahu bahwa aku sedang marah. Segera kuambil handuk dan kembali ke dapur.
"Masuk pagi ya Dik hari ini?"
"Iya, kenapa? Memastikan bahwa nanti sampean bebas bertelepon karena aku nggak di rumah? Begitu?!?"
Kudengar helaan napasnya sebelum kututup pintu kamar mandi. Sungguh hatiku benar-benar panas. Tanganku gemetar, suaraku bergetar, dan napasku naik turun tak beraturan menahan emosi. Kuguyur wajah di bawah shower. Aku harus tenang, rileks, santai. Terus kusemangati diriku sendiri. Mencoba membayangkan masa-masa indah kami. Tetapi, yang muncul justru deretan kalimat-kalimat chat suamiku dengan wanita yang diberi nama At-toyibah di hp-nya.
Bersambung
Ponorogo, 27 Mei 2022
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Weis, perang dunia dimulai ahaha.... Lanjut, Bun. Mau dibantu ngomelin ga? Ahaha....
Luar biasa Ning Zulin. Kisah yg penuh inspirasi dan mencerahkan
keren bunda kisahnya
Wauw...perangggg...hahaha. keren bgt ni crt spt nyata say...
Waduh konflik semakin seru, semakin menarik. Semoga sang suami segera menyadari, kalau memang benar2 mulai selingkuh. Ceritanya keren Bu Dewi
Makin seruu..., makin sesek dada... Lanjut, Bu. Salam sukses selalu.
Cerita yang menarik, sukses selalu Bunda.
Keren sekali tayangannya, mantap, sehat dan sukses selalu bu dewi
mantap keren cadas...cerita keren menewen, konfliknya seolah nyata...salam literasi sehat sukses selalu Ning Dewi bersama keluarga tercinta
Ayok Bun keluarkan isi hati. Jangan dibiarkan berlama-lama nanti keterusan. Salam sehat dan bahagia selalu Bunda.